Sunday 26 August 2018

Muğla

Semudah membalikkan telapak tangan kami memutuskan untuk mencari daerah pantai.
Daerah yang tidak akan ditemukan di provinsi Denizli.
Berk, hotel manager kami menyarankan untuk menuju Marmaris.
Sebuah daerah pantai yang terletak di provinsi Muğla.
4 jam perjalanan dari Denizli… dengan Taxi.
dan di sini lah petualangan kami dengan Bapak Sopir "Pemarah" dimulai.

Mugla


4 jam perjalan lewat jalur darat adalah sebuah olahraga mental juga.
Jauh dari rumah bersama pengemudi yang tidak bisa bahasa Inggris. Apa yang terjadi?
Kami hanya berpasrah sambil menikmati pemandangan alam yang terhampar luas.
Sesuatu yang mungkin tidak akan dimiliki lagi oleh Bali.

Sudah berapa gunung, hutan pinus, tambang, bunga matahari, pom bensin kami lewati — untuk pertama kalinya kami memasuki terowongan yang membelah gunung sebagai jalan utama antar provinsi.
Mungkin ini perpaduan perasaan yang sama dengan trip saya ke Jakarta bersama SSMD di 2010.
Sampai di perbatasan Muğla kami harus dihentikan Polisi yang melakukan razia.
Di hari itu, terjadi perburuan teroris dari Syria yang masuk melalui Turki.
Di saat yang sama, kami melakukan perjalanan tanpa passport.

Mugla








Mugla


Selain di distrik Fatih, saya rasa tidak semua orang di Turki menguasai Bahasa Inggris.
Bodoh sekali karena saya menyamakannya dengan Bali yang fasih menggunakan Bahasa Inggris.
Semua mulai panik, kecuali saya yang terbiasa membaca situasi genting.
Sopir tidak bisa bahasa Inggris, begitupun dengan Polisi yang tidak fasih berbahasa Inggris.

Dengan intuisi bahasa isyarat, sopir pemarah kami sarankan untuk menghubungi mr. Berk lewat telepon.
Tidak ada smartphone di pos polisi, semua berwajah tegang, perlahan ketabahan saya mulai luntur.
Untuk pertama kalinya saya diminta untuk menulis nama orang tua, di kantor polisi, di Turki, dan dikepung orang-orang bersenjata.
Ketegangan usai ketika nomor passport kami diterima kepala polisi.
Ya, salah kami juga kalau jalan di luar negeri selalu meletakkan passport di kamar.

Sebagai kenangan, saya ambil gambar di post itu.
Satu polisi menyadari hal itu dan membuka paksa pintu mobil.
Dengan bahasa isyarat dia meminta menghapus foto sosoknya.
Saya perlihatkan kamera dengan foto kosong, dia bergegas untuk menutup kembali pintu saya. Selamat, anda berhadapan dengan seorang Fotografer.

Dan di saat itu, sosok Sopir Pemarah ini mulai berubah di mata kami.
Sebuah sambutan yang menegangkan. Terima kasih, Muğla.

Mugla


Masih jauh jarak kami untuk mencapai Marmaris.
Adalah pemandangan seperti di Batur yang saya temui.
Bayangkan Batur + pemandangan sinematik à la film-film countryside Hollywood.
Sudah jauh pemandangan mineral dan gunung, dari kejauhan kami bisa melihat hamparan teluk-teluk penanda kami sudah tiba di Muğla.


Marmaris

Marmaris

4 jam perjalanan yang terasa jauh akhirnya terbayar di sebuah perhentian kecil di suatu bukit.
Kami menuju sebuah beach club untuk sekadar mencari ide desain yang bisa kami terapkan.
Walau sedikit ribut, di sini lah titik lebur setelah hari yang panjang.
"Are you okay?" tanya bapak pemarah. "Yes, we're fine" jawab saya berbohong.

Marmaris

Marmaris

Marmaris

Marmaris Marmaris

The End

Kami pun menenangkan diri sambil duduk berendam menikmati pemandangan bukit.
Air begitu biru karena di bawah terdapat mineral yang bercampur dengan pasir.
Bapak pemarah tertidur karena lelah.
Lagu "Tuyo" dari Rodrigo Amarante seolah memecah suasana yang sempat memanas.
Waktunya tiba untuk berpamitan dengan Muğla yang singkat tapi padat.

Marmaris

Total 9 jam kami lalui perjalan ini. Masih ingat kesan kami dengan Bapak Galak ini?
Iya, semua berubah. Ketika melihat beliau juga senang dengan trip ini.
Terlihat dari raut wajah beliau. Bapak Galak ini punya nama, beliau adalah Dilaver.

Di tempat yang jauh dan tak terucap kata, kami diajarkan untuk mengenal satu sama lain.
Singkat, dan padat.
Terima kasih, Denizli. Sampai jumpa di lain waktu.

No comments:

Post a Comment