Sunday 27 November 2016

Pelari(an)

Saya sampai belajar tentang ilmu kejiwaan sebelum menulis post ini.
Dan tidak lupa sampai berkali-kali saya membaca ulang draft tulisan ini.
Mencoba untuk mengurangi kadar drama yang terkandung pada blog post ini.

Definisi pelarian menurut kamus sok tahu yang saya ciptakan adalah "keadaan di mana seseorang melupakan masalah yang (biasanya) berat dengan melakukan hal-hal senang pada sesuatu yang bersifat sementara."

Am I?
Jika ditelisik ke belakang… iya, lagi dan lagi saya dibuat kecewa.
Dan kali ini saya mungkin sudah mencapai batas akhir.
Mau bilang "bangsat kamu" ke wajah mereka satu-persatu…
Saya sadar itu akan menimbulkan drama baru dan tidak akan membuat saya kaya mendadak.
Lebih baik diam, karena diam itu emas.
…tapi move-on itu platinum — menurut saya.
Mau nyerah, tapi dalam hati saya percaya saya segera mengakhiri drama season ke-28 ini.
Waktunya untuk "I don't give a fuck, and let's focus on your own goals"

Kalau dulu bisa curhat ke Windu, Abe atau Turah… sekarang tidak bisa lagi.

…saya hanya butuh pendengar.
Sekarang? Ada mereka yang ada untuk saya. Ada, tanpa berekspektasi lebih.
Orang-orang asing yang saya jumpai 2 tahun lalu…
Yang frekwensinya sama.

Semeton

Banyak yang bertanya "Kenapa ngilang?"
Tidak, saya tidak menghilang. Hanya butuh pegangan untuk tetap ceria.
Kalau kata Dito…
Toh, kalau mau cari saya, kalian tau harus ke mana.
Ya, mereka yang ada dan tetap menjaga kewarasan saya.
Mereka yang mendorong saya untuk membuang penat dengan aktivitas 'benar'.
Melupakan sejenak dengan penatnya bullshit kepentingan orang-orang, lupa sejenak dengan orang-orang yang tak ber-skill yang mudah merusak mood saya.

Saya dikenalkan dengan dunia baru yang 180º berbeda dengan lingkungan-lingkungan sebelumnya.
2 tahun berlalu cukup banyak perubahan yang saya temui.
Banyak yang hilang, banyak juga yang datang di komunitas.
Kalau kata Feist: we're all in a dance.
Tanpa harus berpanjang lebar tentang siapa mereka…
…toh di sini lagi-lagi saya belajar banyak dari mereka yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
…ingat ini adalah sebuah komunitas, banyak kepala yang harus dipahami.
Yang membuat saya harus bisa berpikir dan menempatkan diri pada tempatnya…


Run


Run

Jadi ingat waktu awal kembali ke komunitas.
Seperti biasa Arik yang selalu mendorong saya (yang selalu ragu) untuk bergabung.
Pelan-pelan saya kembali dengan strength yang tidak ada apanya.
"Ah, paling ikut di awal aja trus ga balik lagi" — testimoni Krisna sambil tertawa.
Dalam waktu beberapa bulan: kekesalan dan kekecewaan saya berbuah hasil…
…hasil yang positif. Jantung saya lebih kuat, strength saya meningkat, begitu juga dengan agilty.
Oh, berat badan naik 7kg. Hahahaha.
Most of all, saya banyak mendengar kisah-kisah untuk berjalan lebih jauh dari mereka.

Dan fresh from the shoot
kemarin akhirnya ikut lari sejauh 5000m.
Di garis start sudah sakit perut… Tertinggal dari rombongan…
…dan menjadi finisher terakhir dari SWB.

…dan ditunggu di beberapa meter sebelum garis finish oleh mereka
…dan dikawal seperti Yusa di moment drama MBM.
Ah, those 28YO moment.
:')
Company
3/3 Surya dan Yusak mengawal saya menuju garis finish.


Company
2/3 Dewa, Gilang, Surya, dan Krisna mengiring saya ke garis finish


Company
1/3 saya diiringi Oka, Dito, Dedek, dan teman-temen manuju garis finish. Rock N Run, 2016.




Kembali lagi ke pertanyaan di atas: apa ini hanya pelarian saya? Tidak, tidak.
"Ternyata rage kangen jak Esha ci. Mekelo bakat terawang rage ye" — kata Windu setelah cukup lama tidak bertemu.
Atau bertemu Pak De, kawan baik saya sedari 10 tahun yang lalu setelah sekian lama sibuknya.
Tetap saling memberi support walau hanya via chat dengan Abe dan Turah.
Trus, diberi kabar bahagia dari Lya, Atik, dan Man Angga.
Kurang beruntung seperti apa saya?
Saya masih menyenangkan dan lovable seperti yang dulu.

Oh iya, saya tidak berlari dari kenyataan. Hahaha
Walau sudah jarang bertemu, cuma bisa berdo'a semoga teman-teman diberkahi kesejahteraan.

Salam,

Ésha Satrya

No comments:

Post a Comment