Friday 26 July 2013

Windu Segara Senet

Suatu sore yang ceria di Mangsi Coffee.
Bagaimana tidak? Kami ditraktir segelas kopi oleh Emoni.
Namun kali ini saya tidak akan mewawancara Emoni. Tetapi Windu, seorang yang (untuk saya) memiliki pola pikir yang menarik.
Siapa Windu? Berikut wawancara saya dengan Windu.

Windu Segara Senet


Halo, Windu. Bisa bercerita tentang background seorang multitalenta Windu Segara Senet?
Dari kecil saya seolah dilahirkan sebagai seorang seniman.
Ayah dan kakek adalah seorang seniman (baik perupa dan seniman pertunjukan).
Karena kebetulan juga dari segi akademis bisa dikatakan bagus. Maka, saya mengikuti kata orang tua untuk memasuki jenjang perkuliahan di jurusan Kedokteran.
Namun, berkesenian tidak akan saya lepaskan. 80% seni: 20% akademisi.

Setelah lulus dari Kedokteran, apa rencana selanjutnya yang Windu ingin wujudkan?
Lanjut ke Dokter, berkesenian, atau menjadi entrepreneur?
Kebetulan semua saya seimbangkan. Dokter untuk kemanusiaan, Seni untuk hati, dan Entrepreneur adalah wujud dari dua hal yang saya dalami selama ini.

Nah, ini menarik.
Dari seorang Seniman yang Dokter kini merambah Mangsi Coffee.
Bisa diceritakan?
Dari latar belakang Seniman dan Dokter ini saya mencoba untuk bertarung di tanah sendiri sebagai Entrepreneur.
Dengan ilmu yang saya dapatkan di Kedokteran (kesehatan) dan Seni, saya mencoba bersaing secara sehat dengan Investor yang dari orang lokal belum ada yang menandingi.
Melalui Mangsi, saya mencoba menawarkan sebuah good coffee dari segi kesehatan yang dikemas dengan art.

Bisa diceritakan tentang Mangsi Coffee?
Sejak lulus dari universitas, saya memang ingin berwirausaha.
Namun tidak diizinkan orang tua. Perlahan saya merayu dan akhirnya bisa mewujudkan pemikiran saya: ketika orang ingin berjalan, saya sudah bisa berlari, ketika orang ingin berlari, saya sudah terbang! (nice!)

Ada tips untuk teman-teman yang ingin bertarung di tanah sendiri (berwirausaha — RED)?
Menang-kalah-untung-rugi itu mari dipikirkan nanti.
Tetapi jangan konyol mengambil keputusan, simpan amunisi untuk melawan kerugian.
Tidak mungkin orang lahir tanpa talenta. Ibarat playground: mari bermain! Be rebel!
Gali potensi anda. Kenali diri sendiri.

Pesan untuk pemuda (Bali pada khususnya)?
Ayo, jangan berwacana untuk sebuah kemajuan.
Optimalkan potensi diri untuk menyelamatkan diri (dan kemudian menyelamatkan tanah sendiri)Pikirkan apa yang kita miliki sekarang untuk dinikmati buah hasilnya di kemudian hari.

No comments:

Post a Comment