Monday 30 September 2019

18/19

Malam yang riuh, Bali Selatan selalu padat dengan lautan manusia.
Sebentar lagi tahun berganti, semua merapat ke pantai. Api mengembangkan kelopaknya di langit Seminyak.
Semua menyaksikannya dengan penuh ceria, pertanda harapan baru atau kesenangan akan berlanjut.
"Berapa kamu punya pacar?!", dia tidak menjawab.
Malam itu saya luapkan kemarahan saya yang saya tahan selama ini.
Selamat tahun baru 2019.



Seperti biasa, rutinitas pergantian tahun makin tahun makin membosankan bagi saya.

Malam itu ingin sekali bergabung dengan teman-teman di roof top Yussa untuk tahun ke dua.
Apa daya, kemarin sudah tidak single lagi, sudah ada prioritas.
Belakangan, bertemu saja kami susah
Sebulan itu saya ditinggal dengan alasan Christmas Dinner yang lumayan melelahkan hati.

Malam itu grup chat Sing Ngelah Gae di LINE® agak riuh.
Video call dari 3 tempat: kamar saya, rumah Agus, dan rumah Yussa.
Yang saya ingat adalah wajah bahagia kami walau via group chat saling bertegur sapa.
"Sini!" ajak mereka, dengan sopan saya memilih untuk sendirian di rumah.
Seperti Agung Krisna di 2016 waktu itu, dan kami di Puputan.

± 60 menit sebelum malam berganti, kami mendadak menuju entah ke mana.
Malam itu tidak ada intimasi, dia sibuk dengan telepon pintarnya,
lebih intim dengan alat itu dibanding dengan saya.
Jelas, walau mata saya tidak bagus dalam melihat,
tapi saya bisa membaca nama pria lain di layarnya.

Raut kesal sudah mulai terbaca di wajah saya.
Sampai akhirnya terjadi hal di paragraf pertama.
Di situ, sebuah titik cerah saya yang dikiranya lemah
Sepuluh bulan kemudian, akhirnya ada di fase ini. 
Dikelilingi cinta, dan kamu?
Bom waktu sudah siap meledak di dekatmu.


No comments:

Post a Comment