Jauh hari Lucky menghubungi saya via akun LINE®-nya.
"Mas Esha, Desember saya ke Bali ya?". "Siap, Lucky" sahut saya.
Desember tiba, tepat di malam Galungan saya terlelap setelah menghadapi deadline, Lucky tiba di depan rumah. Dan kenapa saya mewawancarai Lucky? Karena Lucky adalah teman saya yang saya jumpai setahun yang lalu di Reka Baru Desain Indonesia. Di usia 22 tahun, karyanya diakui negara bersama 20 peserta lainnya, termasuk saya.
Setelah saya antar dan get lost dengan sendirinya di Bali, (tentunya dengan brainwash dari saya tentang Bali kini, dan potensi SDM-nya) berikut adalah selayang pandang kami tentang potensi lokal Bali dari sudut pandang anak ibukota — secara sangat mendadak.
Ingat: ini hanya selayang pandang, bukan untuk dibanding-bandingkan.
Siap? Yak!