Wednesday, 1 January 2025

24/25

"Where have you been?"

tanya relasi dan keluarga menyadari berkurangnya diri ini muncul di keseharian.
Jawabku: retreat (entah apa bahasa Indonesianya), karena diri sudah sangat lelah untuk pikul beban pikiran dan perasaan.


Suatu siang di bulan Maret, garis bahagiaku yang statis goyah ketika mendapat kabar Lóki yang mendadak tiada. Rutinitas di hari Senin yang libur dari menjual jasa kopi, desain, dan barber untuk rehat seketika berubah. Duniaku runtuh, tapi hidup harus berjalan. Ditemani Tumi yang kini sudah tidak balita lagi, kami kubur Lóki. Matahari terbenam, air mata mengalir, walau berat, waktunya kembali menjalani hari.



Sudah hampir dua tahun aku menarik diri dari pergaulanku yang luas. Kini aku memilah diri dari mereka yang terlalu bising. Hidup kulanjutkan, namun tidak seperti di masa muda yang penuh rasa takut. Kini hari-hari kutanam cita dengan hal-hal yang masih menjadi berkah; sahabat-sahabat yang kini bahagia dengan pilihan hidupnya, keluarga yang mulai berbenah dari trauma, dan dikelilingi orang-orang yang percaya dan sayang ke diri ini. Duka hanya sekejap, begitu juga dengan cita. Entah berapa kehilangan yang telah terlawati, sehingga kini hati lebih lapang menerima kehilangan, dan lebih berani menerima kebaikan. 







Bagai wedding champagne tower, aku lebih banyak merawat diri, untuk bisa merawat lainnya. Kini aku lebih fasih berbahasa Inggris, bisa angkat beban 65 kg incline chest press di gym bersama brojers sekitar rumah. Dan waktu kulalui juga dengan memaafkan. Kini, aku lebih tenang dalam berpikir, dikelilingi orang yang tidak berisik/bingung.

Hari buruk telah berlalu.

Greetings from Prana Dewi, Batukaru.
Cheers to many great opportunities in 2025!

regards, Ésha Satrya.


No comments:

Post a Comment