Monday 20 August 2018

Denizli

"Hi, nice to meet you, sir! How are you?" ucap kami.
"Thank you" jawab beliau dengan raut wajah tidak ramah.
Perlahan kami memikirkan kembali kenapa keputusan kami untuk lebih mimilih ke Pamukkale dari Cappadocia.
Tentu trip ini akan menjadi sangat… menyenangkan.

001


Mari mundur ke beberapa waktu ke belakang.
Tepat setelah saya ditawan berjam-jam oleh pedagang karpet di Fatih.



001a

Meninggalkan Fatih sedikit agak berat karena saya menyukai atmosfir distrik itu.
Kini waktunya terbang menuju Turki bagian Asia, tepatnya di provinsi Denizli.
Sebuah provinsi dengan countryside yang tidak kami banyak ketahui.
Yang jelas, kami memilih untuk melihat Pamukkale.
Sebuah daerah wisata yang berbalut warna putih.
Entah apa itu, kami pun tak tahu.

Setelah mengalami delay beberapa puluh menit,
kini waktunya menuju tempat tujuan kami.

Arrival


Arrival


Arrival


Kami tiba di sebuah bandara yang dikelilingi gunung.
Bukan bandara besar seperti di Jakarta atau Bali, namun bandara kecil yang mengingatkan saya akan Ternate.
Taxi menjemput kami, perjalanan di Denizli dimulai.
Sejauh mata memandang, hanya melihat hamparan tanah lapang, savana, dan rumah-rumah dengan jarak berjauhan.
Sekilas nampak seperti daerah perang…
…dan kami mulai panik.
Panik akan suasana ini.
Kepanikan kami belum seberapa…
Karena mereka tidak bisa bahasa Inggris…

Denizli

Denizli

Denizli

Denizli

Hingga sekarang sulit bagi saya untuk mengungkapkan bagaimana Denizli.
Seolah berada di Kampung Arab di dekat kampung halaman saya di Denpasar, hanya saja dengan suasana yang lebih asli.
Oh, malam pertama kami sukses lalui dengan selamat.

Dan akhirnya tiba hari yang kami nanti, sebuah perjalanan menuju Pamukkale.
Dan trip kami kali ini akan ditemani driver dari hotel.
"Hi, nice to meet you, sir! How are you?" ucap kami.
"Thank you" jawab beliau dengan raut wajah tidak ramah.
Perlahan kami memikirkan kembali keputusan kami untuk lebih berkunjung ke Pamukkale atau Cappadocia.

Kami bahkan tidak ingat nama beliau yang jelas, seorang yang terlihat pemarah.



The Beginning


Satu malam terlewati, entah bagaimana mendeskripsikan perasaan saya hingga saat ini.
Tak usah dihirau perasaan ini, mungkin ini saatnya mengenal Denizli lebih jauh.
Kini saatnya tiba untuk mengunjugi Pamukkale yang kami rencanakan.

Pamukkale

Pamukkale

Pamukkale

Pamukkale sendiri diartikan sebagai "Benteng Kapas" dalam bahasa Indonesia.
Mineral-mineral ini menyelimuti bukit yang membuat bukit ini menjadi surealis.
Tidak pernah saya temukan hal ini di Bali (obviously!)

Kenapa disebut benteng kapas?
Dengan minim informasi tentang tempat ini yang begitu instagramable,
tanpa sadar kami mengetahui bahwa Pamukkale adalah gerbang ke runtuhan kota Hierapolis.
Sebuah kota megah peninggalan Yunani yang kini hanya tersisa reruntuhan.

Hierapolis: Colloseum

Hierapolis: Colloseum

Hierapolis: Colloseum

Hierapolis: Colloseum

Ini untuk pertama kalinya saya melihat langsung sebuah sisa peradaban yang kini sudah tiada.
Semua yang saya baca di buku pelajaran Sejarah terlihat jelas di sini.
Tempat pemandian ratu kini berubah menjadi pemandian umum ala Bukit Jati di Gianyar.
Pilar megah kini sudah rapuh dan hancur. Yang tersisa hanya beberapa bangunan saja.
Colosseum masih berdiri megah, sebuah amphiteater di masanya.
Tidak ada aksi gladiator di sini, otak mulai liar membayangkan pengorbanan manusia di tempat ini ribuan tahun lalu. Namun tenang, ini hanya tempat pertunjukan.

Tidak banyak yang bisa dilihat di Hierapolis.
Adalah runtuhan kota dan beberapa kuil masih berdiri.
Butuh waktu yang lama untuk menelusuri Hierapolis mengingat medan yang besar, dan luas, dan tidak lupa panasnya terik matahari pada musim panas.

Tidak banyak yang bisa saya deskripsikan dari Hierapolis.
Hanya saja memikirkan sebuah peradaban yang hilang begitu saja.
Apa kabar Bali di tahun-tahun berikutnya?


Hierapolis: Hidden City

Hierapolis

Hierapolis

Petualangan di Denizli belum usai, masih ada 1 hari lagi untuk menjelajahi Denizli.
Namun sudah tidak ada hal lain yang bisa kami nikmati.
Waktunya kembali, driver kami yang berwajah galak menjemput kami kembali.
Bahasa tubuh adalah pemersatu kami.
Dan di sini… kami mulai belajar untuk saling memahami.

Pamukkale



Sampai jumpa lagi, Denizli.

No comments:

Post a Comment