Tuesday 2 January 2018

Pagi itu mama tampil beda dari biasanya, makin ayu.
Bapak? tetap cuek — seperti biasa walau tidak bisa menutupi rasa tegangnya.
Maklum, hari itu putri mereka satu-satunya resmi disunting orang lain.

Entahlah, perasaan saya campur aduk. Mungkin pasca minum alkohol sisa semalam.
Tapi saya yakin ada sesuatu yang baik menyambut kami di depan.
Sesuatu yang saya tunggu selama ini. Sebuah awal yang indah di tahun yang baru.


The Bride

Semua sudah berangkat ke rumah Alangkajeng.
Saya? Agak telat bangun, maklum sisa pesta semalam.
Setelah memberi sarapan Lóki, Thør dan Guãppo, saya berangkat ke rumah.
Tentu kali ini bukan pulang seperti biasa,
Akan banyak candaan seperti "kapan nyusul?" dan yang lainnya yang akan saya hadapi.
Tidak peduli, candaan Dito yang lebih sadis sudah membuat saya kebal.
Kamera siap, waktunya merekam momentum sekali seumur hidup ini.


The Dog


The Relatives



The Grandfather



The Guests



The Homecoming



The Relatives



The Ritual



Keluarga Denpasar dan keluarga Gianyar sudah berkumpul, ditambah lagi keluarga Wirya.
Dan iya, hari itu turun hujan.
Nini Chu-Aan seperti biasa melakukan ritual pengusir hujan — yang tidak mempan.
Dan saya percaya bahwa hujan ini adalah pertanda berkah di awal tahun.

The Relatives



The Duty



The Family



The Bridesmaid



The Ritual



The Wait



The Relatives



The Couples



The Couples



The Ritual



The Relatives



The Ritual



The Universe



The Couple



The Couple



Tidak butuh waktu lama untuk saya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Bertahun-tahun saya mengabadikan momen pernikahan, sudah biasa melihat tangis haru, sudah biasa melihat momentum intimasi pernikahan, dan baru kali ini mengabadikan momentum yang lebih personal.

Beberapa jam saya habiskan mengabadikan momen sekali seumur orang yang saya ajak tumbuh selama 28 tahun ini.
Seorang yang saya ajak tumbuh, bercerita, dan bertengkar.
Bapak juga lebih kalem di hari itu, begitu juga mamak. Menangis pun tidak.

Malam makin larut, aneh rasanya pamitan ke adik sendiri.
Akhirnya saya tiba di rumah atas tumpangan dari Kuncir.
Bapak dan mamak sudah tidur, saya disambut Lóki, Thør dan Guãppo.

Januari 2017, saya resmi diberi himbauan halus dari semesta.
…sekarang saya bukan lagi anak kecil yang menempati rumah ini selama 28 tahun.
Melainkan diingatkan bahwa saya adalah kapten dari keluarga kecil ini.
Untuk bersemi (春) — which is not easy.

Selamat merayakan ulang tahun pernikahan, Wirya dan Ade.


The Couple

Kind regards,
Ésha Satrya

No comments:

Post a Comment