Wednesday 1 March 2017

Semeton

Dua tahun lalu saya dan Nina dalam keadaan gugup tiba-tiba muncul di Lapangan
untuk perihal wawancara berkat tulisan anak magang yang masih berantakan.
Gugup, takut dikeroyok orang-orang komunitas gelantungan itu, walau itu tidak mungkin terjadi.
Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya kami memberanikan diri untuk memperkenalkan diri.
"Ada yang bisa dibantu?" sambut Dito Siahaan.

Oka Trendyana Pribadi
Oka Trendyana, bergabung di tahun ke-3 SWB.
Menyebut dirinya sebagai "Fat Runner" karena berhasil mematahkan mitos kalau orang berbadan gemuk tidak bisa lari.
Sejauh ini, sudah menaklukan half-marathon, dan tahura trail run.
Waktu itu saya masih kurang percaya diri.
Sebuah mentalitas orang pada umumnya kalau mendengar nama "SWB".
Badan bagus, stamina kuat, sombong, dan …kita? hanya orang-orang lemah.
Sebuah pendapat dari orang yang mindsetnya pernah sangat lemah.

Latihan? Terhitung cuma beberapa kali saja saya latihan bersama mereka.

Sering saya lihat angka-angka repetisi di grup chat yang membuat saya migrain dalam waktu singkat.
Omang, Forki, Satria, dan Krisna adalah orang yang saya temui di komunitas selain Dito.
Oh iya, saya dan Arik bergabung berbarengan di tahun ke-2 SWB.
Arik latihannya rutin. Saya? dari 2 kali bertemu, mungkin baru latihan sebanyak 1/4 kali.
Mental saya tidak sekuat Arik.

Agus Indra Diandika & Prawira Nugraha
Agus Indra Diandika dan Komang Prawira Nugraha.
Senior di SWB, keduanya adalah sabeum dan founder dari Dojang Underdog Taekwondo Bali yang berprestasi.


Gita Utami & Upadani
Ratna Gita Utami dan Agung Upadani. Beberapa sosok perempuan di SWB.
Gita bagus dalam menjaga keseimbangan tubuh dalam olahraga, Upa bagus dalam latihan repetisi.

Akhirnya, pekerjaan-pekerjaan perlahan membuat saya tenggelam.
Waktu habis untuk keluar kota, waktu habis untuk membangun relasi, dan waktu habis untuk berkarya.
Rutinitas rutin ini terus berputar dan berputar hingga akhirnya mempengaruhi kesehatan.

Kilas balik waktu itu, dan saya yang sekarang tentu ada perubahan.
Dulu hampir tiap hari saya harus jatuh sakit, sebuah rutinitas yang tidak bisa dibanggakan.
Sekarang? Sehat sentausa dengan mobilitas yang tinggi.

Agung Dewi Perkunia & Divta Mahendra
Agung Dewi Perkunia dan Divta Mahendra. Keduanya ahli di bidang Fisioterapi — yes, dokternya teman-teman.

Sampai pada event Masbrooo: Denpasar Street Movement kami bertemu lagi.
Di sana saya kembali bertemu Arik, Satria, dan teman-teman.
Dan untuk pertama kalinya saya bertemu dengan "pentolan"
yang membuat saya turun ke lapangan untuk merivisi artikel:
Yussa Patussama, sang presiden SWB.

Ida Bagus Sujana & I Made Wirayasa
Ida Bagus Sujana dan I Made Wirayasa. Senior di SWB juga. Selain calisthenics, keduanya adalah personal trainer.

Pasca event dengan Masbrooo saya sedikit pesimis waktu itu.
Takut birokrasi hanya sekadar wacana dan memberi harapan palsu ke komunitas.
I'm totally fucked-up dengan ketakutan itu.

Sampai akhirnya apa yang diajukan di malam itu disetujui dan direalisasikan.
dan bar di Puputan itu kini berdiri tegak atas rancangan Pasek Anggadi Kumara
interpretasi dari desain bar di Australia atas rekomen Kecek dan Yussa.


Nada Dwimayanti
Nada Dwimayanti, siswi SMA. Atlit Karate berprestasi juga.


Setelah lama menghilang…
Juli 2016, saya kembali lagi ke komunitas — setelah kembali patah hati…
Kembali homeless.

Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Lapangan setelah berhasil mengumpulkan tekad.
Ya, saya sama dengan kalian yang banyak tanya tapi tak pernah muncul di kelas SWB.
Waktu itu saya disambut Arik, Surya, dan Gung Pram.
Gimana rasanya latihan?
Neraka.


Mega Padma, Putri Rachmawati, Ita Puspita
Mega Padma dan Putri Rachmawati, bergabung di tahun ke-4 SWB. Dan Ita Puspita bergabung di tahun ke-3 SWB. 


Perlahan saya dikenalkan dengan burpees, dan berbagai macam gerakan olahraga lainnya.
Detak jantung mulai berdetak cepat, nafas habis, mata berkunang-kunang.
"I'm dead", "what the fuck!", "saya menyesal", kira-kira itu yang ada di kepala saya.
"I'm done!" janji saya hari itu…

…yang tidak saya tepati.

Surya Dinata & Maitri Devi
Surya dan Maitri. Bergabung di tahun ke-4. Masing-masing terbaik dalam repetisi.


Perlahan saya disambut di rumah mereka, perlahan saya menyatu dengan mereka.
Tidak susah bagi saya untuk menyatu dengan lingkungan baru.
37 minggu yang lalu, pertama kalinya saya bergabung dengan mereka.
Air terjun, Seniman, BTDC, BC, dan ulang tahun Krisna yang waktu itu menghilang.

Dilanjutkan dengan pelarian-pelarian saya bersama mereka — dalam artian positif.
MBM, lari sana, lari sini, Judgement Day, Batur, Tahun Baru, hingga sampai di tahap ini.


Dewa Dede
Dewa, tergabung di tahun ke-2 SWB. Guidance kami dengan stamina yang tak kalah kuat dengan yang lain.
Terbaik pada keseimbangan tubuh.


Indra Yogastana & Agung Pramona
Indra dan Gung Pram. Tergabung di tahun ke-3 SWB dan tahun ke-4 SWB. Salah satu transformasi fisik yang baik. Bukan, bukan karena SWB, tapi mereka yang membuktikan bahwa mereka mampu untuk menjadi lebih baik.


Dimas Adityara, Agung Krisna, Arik Sasmita
Dimas, Krisna, dan Arik. Dimas berbagung di tahun ke-3, Krisna di tahun pertama, dan Arik di tahun ke-2. Terbaik dalam bidang movements.


Bayu Purnama
Bayu Purnama, tergabung di tahun ke-2 SWB. Fisik yang kuat, terbaik di reps dan parkour.


Ida Ayu Sri Utami
Gek Sri, bergabung di tahun pertama. Salah satu wanita kebanggan SWB.



Bagaimana Yusa mempertahankan apa yang beliau bangun…
Bagaimana Dito menjadi yang terjahat sekaligus yang terbaik di komunitas…
Krisna yang ramah, bagaimana Gung Pram menginspirasi saya untuk perubahan yang lebih baik.
Agus, Danny, Pasek, Gilang, Dedek, Wira dan banyak karakter-karakter unik yang mempererat kami.

Dan suatu sore di Timur bersama Agus, Yusak, Krisna, Divta, Asri, dan Intan…
Kami berbagi banyak hal tentang komunitas pasca Krisna menghilang (lagi) selama 2 bulan.
Jadi…

Begini…

Dedek Buana & Danny Prayogi
Dedek (tahun ke-4) dan Danny (tahun ke-3), pelari terbaik kebanggan SWB.

Pasek Anggadi Kumara
Pasek Anggadi Kumara, tergabung di tahun ke-3 SWB. Arsitek pembangun bar yang ikonik di kota Denpasar ini.

Dito Siahaan & Gilang Adiguna
Dito dan Gilang, guidances kami. Tergabung dari tahun 1 SWB. Terbaik di movements, dan capoeira.


Yusak Djagera & Yussa Patusama
Yusak Diatmika dan Yusa Patussama. Yusak tergabung di tahun ke-3, paling jarang di kelas. Aktif di difisi pertahanan SWB dalam belakang layar. Dan tentunya bapak kami, Yussa Patussama. Si bocah tua nakal yang kami banggakan.

Banyak hal yang saya pelajari dalam hidup berkomunitas.
Sama halnya dengan mebanjar, tapi kali ini lebih bertata dan berpolitik.
Banyak hal yang harus dibagi, dan banyak hal yang harus diterima.
Tahu diri adalah dasar diri yang saya bawa di komunitas.

Jarang muncul di kelas…
bermain hashtag dan pamer diri di media sosial
dengan bernaung di bawah nama komunitas?
Politisasi yang berat sebelah tentu tidak baik.
Tapi itu bukan masalah besar bagi kami.
Kami masih saling jaga satu sama lain.

"SWB Keluargaku" — sindir Yusak akan kejadian-kejadian bodoh yang kami lalui 4 tahun ini.
Yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal di sore itu.

Iya,  mereka lah yang menjadi obat bagi saya.
Menjadi terapi bagi saya untuk selalu waras.
Terima kasih karena sudah menjaga saya selama 7 bulan ini.
Cuma video ini yang bisa saya berikan.
Video yang saya dan Krisna rancang dalam keadaan setengah sadar.
— tanpa politisasi tertentu.



"4 tahun bukanlah waktu yang singkat, ataupun waktu yang cepat untuk melihat keluarga kami yang mulai beranjak dewasa.

Proses memang tidak mengingkari hasil. Dari bar kami yang minim, perlahan mulai ada untuk semua atas kerjasama dengan Masbrooo Magazine dan Pemerintah Kota Denpasar yang didesain oleh Pasek Anggadi Kumara atas arahan Yussa Patussama dan Ida Bagus Sujana yang bagian dari kami.

Setahun kemudian, SWB mulai berkembang. Dari reps, kini menuju movements yang dipimpin Yussa Patussama, Gilang Adiguna, Dewa Dede, Agung Krisna, Arik Sasmita, Dito Siahaan dan Agus Indra Diandika dengan baik.

Kini, tak terasa sudah 4 tahun. Kami terus berlari, kami terus berenang, bertarung, berdansa, bernyanyi dan terus berbagi.

Suksma, Semeton. Selamat ulang tahun untuk kita semua. SWB untuk kita, SWB untuk semua. SWB for all.

Sincerely, the storyteller Ésha Satrya.

HIGH FREQUENCY! HAU HAU HAU! 👏🏼👏🏼 HOORAH!


#swb4all #swbkeluargaku"

Pengantar narasi yang saya tulis dalam keadaan setengah mabuk sore itu.
Diiringi narasi oleh Yussa Patussama.
Dan diiringi musik oleh Ólafur Arnalds.

Ésha Satrya


Hormat saya untuk Semeton,
Ésha Satrya

3 comments:

  1. terima kasih untuk kak Esha, telah mempercantik atau dalam hal ini mempertampan komunitas kami yang sesungguhnya mediocre ini.

    ps: untuk para pembaca sekalian dan tentu penulis, perlu diingat, seperti yang dikatakan Kevin Spacey di serial televisi House of Cards, "Democracy is overated". Mohon kiranya diresapi.


    Sincerely,



    Me

    ReplyDelete
  2. Makasi Bli Esha, "keren" rasanya gak cukup untuk mengapresiasi tulisan ini :)

    You know how we much respect you, you know how much we love you as a friend. Truly glad we have you here and honored to able to call you as a part of the family.

    Makasi makasi makasi makasi makasi makasi!


    Sincerely,

    ReplyDelete
  3. Thank you so much kak esha, betapa kerennya tulisan ini wlaupun dibuat yg katanya setengah sadar, but over all so awesome kak, maybe I'm not longer to know you kak, but i can say were so bless to know and have you kak.

    Pkoknya thanks for all, actually for capture the big moments of us, you're not my friends, but you're part of my second family.

    Geksri X

    ReplyDelete