Friday 24 February 2017

Bali, 2017

Ini adalah kali ketiganya saya (turut) belajar mengapresiasi tanah kelahiran saya melalu apresiator-apresiastor baru dan kisah-kisah mereka.
"How do you see your Bali?"
Bagaimana kami menilai sesuatu dengan sewajarnya, dengan nalar, hati, dan pikiran.

Sabargita
Sabargita, sebuah esai foto oleh Ega Oxiana & Kirsty Hughes tentang ironi sebab-akibat enggannya penggunaan transportasi publik oleh masyarakat di Bali. All rights reserved


Seperti biasa, perlahan saya memaksa mereka untuk belajar bertutur akan sebuah kisah.
Bagaimana membuat orang mau mengikuti sebuah alur, ritme, menikmati tata bahasa, dan dimanja dengan pengambilan gambar yang baik.
Ya, benar.
Saya wajibkan mereka menonton film Crash yang sukses membuat Bella menangis malam itu. 


Trashformation
Trashformation, sebuah foto esai karya Andre Arnoldi dan Ricky Renata Halim yang mengangkat tentang isu sampah di Bali dan penanggulangannya dalam sisi yang berbeda.



Toleransi
Toleransi, karya Nanda Risti dan Afifa Maulina Tarom. Berkisah tentang mahasiswi rantau yang melihat Bali dan keragamannya yang membuat pulau ini menjadi satu kesatuan.



Under the Sun
Under the Sun, karya Dewa Made Pratama dan Adi Widiartha tentang keresahan Bali kini yang minim lahan hijau untuk anak-anak.



Cerita Untuk Malam
Cerita Untuk Malam, sebuah karya dari Claretta Fidelia & Ongky Gema. Tentang kisah malam dan orang-orang yang mengadu nasib di malam hari.

Antusias mulai terlihat meningkat walau kebanyakan masih loyo.
"Tugas Ornamen, pak" — jawab mereka penuh keluh yang saya sambut dengan senyum iba.
4 bulan bukan waktu yang lama untuk menilai suatu fenomena atau objek.
4 bulan bukan waktu yang lama untuk mengetahui kejiwaan puluhan kepala bagi saya.
Tapi dalam 4 bulan, kami sukses menghasilkan karya-karya yang patut diberi applause.


Beburon
Beburon, karya Gede Surya Darma dan Wayan Beni Wijaya. Mengangkat kisah sederhana tentang anjing ras di Bali yang dipandang sebelah mata di tanah sendiri.



Agraphana
Agraphana, karya Aditya Prayudi dan Dewa Oka yang mengangkat tentang aktivitas jual beli di Pasar Badung dan sekitarnya.



Joged
Joged, karya Adhi Wiradnyana dan Adi Kirandana. Mengangkat ironi tradisi tari joged yang menjadi kontroversi di daerahnya.



Gantungan Merah Jambu
Gantungan Merah Jambu, karya Yuda Nopariawan dan Robi Sugiarto yang menginterpretasi sebuah kesederhanaan dalam kisah bisnis baju bekas di Bali.



Cerita Urban
Cerita Urban, sebuah karya dari Deonny Christ dan Moh. Luthfi Hanan yang mengangkat padatnya Kuta dan alasannya.



Gurukula
Gurukula, karya Dwi Arsana Putra dan Yogi Saputra. Yang mengisahkan kumpulan harapan-harapan penerus bangsa dari Bali Tengah.



Kehidupan Senja
Kehidupan Senja karya Yosua Raharjo dan Bagus Arnatha yang mengisahkan kehidupan orang tua Bali yang pada umumnya masih bekerja.



Menjadi Bali
Menjadi Bali karya Leonardus Simon Chrtistian Lowa dan Yuni Alista yang berkisah tentang penyelamat budaya Bali oleh orang Bali sebenarnya.



Timur
Timur, karya Kadek Dwi Gita Hartawan dan Nyoman Widiasih yang berkisah tentang kesederhanaan dari Desa Tenganan.



Karma
Karma, sebuah interpretasi karya Luh Anggi Sawitri dan Anika Eka Dara tentang karma dan definisinya.



Tanpa Celah
Tanpa Celah, sebuah foto essai karya Yulyastiningsih dan Rahmawati tentang minimnya lahan hijau di Denpasar serta harapan ke depan akan nasib pulau ini.



Sungai Panjang
Sungai Panjang, karya Wawan Purnama dan Muhammad Alvin. Yang berkisah tentang kehidupan toleransi antar beragama di ujung kota Denpasar.



Sira Angen
Sira Angen, sebuah karya dari Agus Artawan dan Surya Wibawa yang mengisahkan sejarah Pulau Serangan.



Si Hitam Dari Bali
Si Hitam dari Bali, karya Indra Saputra dan Semuel Reinhard Sila yang mengisahkan kopi Bali yang mendunia itu.



Tears of the Sea
Tears of the Sea, karya Alit Sujana dan Adi Jaya Pratama yang berkisah tentang petani garam dan regenerasi yang mengalami kepunahan.



Prana
Prana, sebuah foto essai karya Ken Rama dan Alexandro Diogo yang mengisahkan tentang seni olah nafas yang universal.



Saha Nuhur
Saha Nuhur, karya Surya Juliana Putra dan Arya Tuanta yang mengabarkan kisah Sanur oleh putra Sanur.

Dari indahnya pantai di pulau ini hinggi hiruk-pikuk-nya pulau ini.
Tentang tradisi yang lestari dari turun-temurun, hingga tradisi baru di Bali urban.
Polemik budaya dan globalisasinya, sebuah interpretasi yang puitis…
…dan harapan-harapan yang membuat pulau ini menjadi sebuah kehidupan.


Semesta Karya
Semesta Karya, sebuah foto essai karya Agung Doni Daniswara dan David Imam Khusyairi yang menginvestigasi dunia wirausaha Bali yang banyak dikuasai bukan orang Bali.



Asta Kosala Kosali
Asta Kosala Kosali, karya Tjok Tiara Dinda dan M. Nurkholis tentang filosofi bangunan Bali yang lestari hingga kini.



Tri Mandala
Tri Mandala, karya Rano Surya Wiguna dan Made Januarsa, tentang 3 tingkatan ruang dalam sebuah Pura dalam kepercayaan Hindu Bali.



Pesan Singkat
Pesan Singkat, sebuah karya foto essai yang unik oleh Nonik Belataria Dangin, tentang sebuah seni pesan dalam ilmu environtmental graphic design yang menarik yang dijumpai di Bali.


Usaha dan niat mereka adalah bukti bahwa pulau kecil ini sangat istimewa dengan kisah-kisahnya.
Tentang perbedaan, tentang perjalanan, dan tentang makna.

Selamat menikmati.

Semua dibuat oleh talenta-talenta muda dari dan untuk pulau ini.
Terima kasih atas waktunya, teman-teman.

Respect,


Ésha Satrya.

No comments:

Post a Comment