Thursday 10 July 2014

Juli XXVI

Sebelum membaca post ini, dimohon untuk memutar 'O' oleh Coldplay.
Atau Life in Technicolor ii juga boleh.

Entah kenapa saya selalu ingat detail hal-hal yang telah saya lewati.
Kecuali momen ketika saya di dalam kandungan, dan ketika bayi tentunya.
Mungkin pada dasarnya saya memang pendendam sejati.
Sudah dua puluh enam tahun saya diberi kesempatan untuk merasakan segalanya.
Well, hampir segalanya.


Saya anggap sebagai sebuah pelajaran.
Saya masih ingat ketika dulu saya seorang yang tak terlihat.
Polos, goblog banget lah. Beruntung Ia memberi saya sebuah jalan yang ekstrim.
Berdarah-darah? iya. Bercucur keringat? iya. Pake air mata? Iya!
Ndak seberapa sih. Ndak keren juga buat dipamerin ke temen-temen.

Nggak banyak minta. Sederhana. Berbekal petuah nenek untuk selalu berbuat baik.
Saya dipertemukan dengan orang-orang yang hebat.
Orang-orang yang hebat baiknya, dan orang-orang yang hebat liciknya.
Orang-orang yang membentuk, dan membesarkan saya hingga sekarang.
Dan mereka semua adalah sosok yang mengajarkan saya untuk lebih… bijak.

Sosok yang mengajarkan untuk tidak memusingkan hal-hal kecil
(walau sampai sekarang saya sering pusing dengan hal kecil)
Sosok yang menguatkan ketika saya sedang lemah untuk berdiri sekalipun.
Sosok yang mengajarkan untuk tersenyum walau hampir babak belur.
Sosok yang percaya bahwa saya orang yang kuat. (walau kadang saya lupa)
Sosok yang meyakinkan saya bahwa saya adalah orang baik.
Sosok yang membuat saya lebih kuat, dan tajam dalam melihat sesuatu.

Terima kasih. Hanya itu yang bisa saya ucapkan.
Dan ingatkan saya untuk selalu menjadi the reminder.
Saya sudah banyak berubah. Saya sekarang sering lupa pesan kalian.
Maaf ya kalau ada salah. Salam terbaik dari saya.

Semoga sejahtera.


Denpasar, Juli 2014.

Ésha Satrya.

No comments:

Post a Comment