Friday 16 May 2014

Creative City Bagian 2

Setelah menempuh jarak perjalanan yang singkat dari Nana, kami tiba di Emporium.
Thailand Creative & Design Center: sebuah hall besar yang isinya receptionist saja?
Salah besar. 




Dalam sebuah mall ini ternyata ada sebuah creative base yang terletak di Bangkok.
Adalah 'Permanent Exhibition' yang sangat menampar — bahwa wawasan design saya belum seberapa.
Di Permanent Exhibition ini kita diajak untuk melihat design besar dunia dari skema pola pikir mereka.

Italia yang besar dari perpaduan globalisasi, perang dunia, dan gaya industrial mereka.

Selain Permanent Exhibition, yang menarik dari TCDC ini adalah library mereka.
Sebuah perpustakaan dengan sumber pengetahuan yang unlimited.
Buku (yang bahkan tidak dijual di toko buku besar di Indonesia), DVD, Audio CD, bahkan sample material siap untuk dijamah.

Oh iya, untuk non Thailand citizen bisa masuk secara gratis (untuk kunjungan pertama saja) hanya dengan menunjukkan passport.
Mau jadi member? Bisa, cuma 200 Baht untuk 10 days membership.
Selain itu ada café yang siap menemani hari-hari menyenangkan kalian di sana.

Berpikir untuk berkunjung lagi?
Tentu! Sampai jumpa lagi TCDC!


______________________________


Chatucak Weekend Market


Apa yang akan kami cari hingga menempuh stasiun kereta terakhir?
Pikir saya di kereta yang sesak dengan banyak orang.

Dan, tibalah kami di sebuah taman yang panas dan tidak menarik.
Sambil menunggu pak Jeff, saya masih dibuat penasaran negatif dengan taman ini.

Semua tim sudah berkumpul dan…
YA TUHAN! INI SURGA BELANJA!!!


Chatucak Weekend Market adalah sebuah kompleks besar sebuah pasar tradisional di Bangkok.
Sesuai namanya, pasar ini hanya beroperasi di akhir minggu saja.
Pengunjungnya? Membludak!

Awalnya saya masih underestimate tempat ini,
hingga akhirnya saya melihat banyaaaaaak lapak kreatif yang diisi anak muda dengan kreatifitas yang menarik perhatian saya.
Daaaaaaan, tempat ini berhasil menguras isi dompet saya ~

Apa saja yang bisa kita temukan di sini?
Banyak! Segala survival kit untuk menjadi pemuda trendy, perhiasan, dekorasi rumah, alat persembahyangan, kuliner, hingga anak anjing!


Koko Drip, sebuah coffee shop dengan lapak yang sangaaat kecil dengan pelayanan yang maksimal!
Another visit? Tentunya dong!
______________________________



Others

Masih ada beberapa (anggap saja beberapa) tempat-tempat yang belum sempat saya kunjungi.
Seperti Bangkok Art & Culture Center yang di sebelah hotel, Little Siam yang di seberang hotel, dan sebuah jalanan yang ketika malam menjadi pusat kreatif remaja Bangkok (yang gagal dikunjungi karena hujan badai), dan tentunya wisata alam yang memang bukan bagian dari rencana crea-trip lalu.




Dapat disimpulkan dari observasi singkat saya adalah Bangkok yang 11;12 dengan Bali memiliki kesamaan budaya,
bisa dilihat dari makanan, adat, bahasa, dan gestur.
Hanya beberapa hal yang signifikan yang membedakan kami.
Apa itu?

Orang Thailand
lebih terbuka pemikirannya, dan tidak repot dengan urusan orang lain sehingga mereka dapat mengeksplor kekayaan SDA, dan SDM mereka.

Orang Bali
(atau mungkin Indonesia)
masih sibuk mengurus urusan orang lain hingga lupa untuk menyelamatkan diri sendiri.

Hahaha. Maaf jika tersinggung.



Ditutup dengan celetukan 'Black Bitch' sopir taxi kami, akhirnya tiba waktunya untuk pulang.
Kapunkap, Thailand. Kapunkap, Kang Ayip, Lexie, dan kawan-kawan!


Best,


Esha Satrya

No comments:

Post a Comment