Gdubrak Session

10 Juli 2013, entah kenapa Doi, dan kawan-kawannya yang iseng menghadiahi saya beberapa pertanyaan—pertanyaan isengnya ke saya.

Entahlah, haha. Berikut petikan wawancara bersama tim Gdubrak.com

Ehm. Cek. Cek. Tes suara.
Oke kali ini setelah absen beberapa pekan karena bingung mau cari talent, Gdubrak.com akhirnya menemukan orang yang pas untuk kami tanya-tanya di berbagai hal.
Hmmm. Kita sambut saja. Esha SW.
Pokoknya, talent ini memiliki berbagai sisi misteri yang layak untung diperbincangkan, setajam SILET. Ces!

Siapa Esha? Apa pekerjaannya?
Apa saja kegiatannya? Apa prestasinya?
Entahlah. Kami juga sedang mentok ide.
Pokoknya, Esha sangat layak kami kerjain.
Simak wawancara tak penting Gdubrak.com dengan Esha SW berikut ini.
Cekidot!

7/25

25, udah tua euy. Kata Atik: berbenah diri 2013.
Sepanjang 25 ini sudah sejauh mana langkah ini?

Luar biasa, bisa dibilang from zero (almost there) to hero.

Diberkahi segalanya dari Atas.

Keluarga hebat, teman-teman super, masalah—masalah yang menguatkan, kesederhanaan yang bagai letusan kebahagiaan.

Mission: Accomplished

Atas teror halus Marcia, WS, dan Ririn, empat bulan lalu saya memutuskan untuk berbagi ilmu di STD Bali. Ini sangat random!

Dan, hari itu saya menginjakkan kaki di ruang itu. Materi sudah saya hapalkan sejak kemarin malam. Gugup, bingung mau ngomong apa.
Perkenalan dimulai dengan Mahasiswa yang tampangnya jauh lebih tua dari saya.

Banyak kendala saya temui di awal pertemuan.
Penyampaian teori yang sangat cepat, mengenal karakter Mahasiswa yang belum terbaca, keadaan kelas yang diberi reputasi nakal, dan berbagai cerita rumit lainnya. 

Nggak boleh ngeluh, dong. Kalau kata kang Ayip, yang serius ngajarnya!

Dan semua itu dapat teratasi dengan sangat mudah.

Di sini saya menempatkan diri bukan sebagai pengajar yang menggurui.

Berbekal pengalaman di lapangan yang banyak, saya berusaha sharing dengan mereka sebagai seorang teman.
Mendengar, membimbing, menghargai pendapat mereka bukan membantah.

Walau hampir dibuat hampir putus asa dengan kelompok Hendra—Santhi, dan Yonatan—David.
Alhasil? Kini antusiasme mereka dalam kelas sangat membanggakan.
Dilihat ketika UAS, dimana saya melakukan sesi review, bukan menguji mereka.

Kini mereka mengerti cara berkomunikasi dalam bahasa tanda.

Untuk ukuran awal, saya berhasil dibuat bangga oleh mereka.

Haha, terima kasih banyak untuk ilmunya dan kesempatannya teman-teman mahasiswa.
Sampai jumpa lagi di lain kesempatan.


Salam, Esha Satrya

Di Denpasar

Jauh hari Rara menghubungi saya via DM Twitter untuk sesi foto Banda Neira — di Bali.

Karena pesan dikirim via DM jadi saya membungkam kabar ini dari teman-teman.

Dan hari H-pun tiba. Sebuah tempat yang tidak direncanakan: Open Stage ISI Denpasar.

We Are Raré

Dua tahun telah berlalu — wasted actually, akhirnya saya menemukan orang yang berani saya rangkul untuk berbuat nekad.

Nekad untuk menghasilkan keresahan dalam berpikir, keresahan dengan pencapaian.

Kerap Man Angga bertanya melalui lagu yang berputar di iTunes: Mau apa?

Hingga kami rasa sudah waktunya untuk bangkit dari keterpurukan dan saling menunjukan usaha, dan dukungan.
Waktunya mengejar banyak hal yang tertunda.