Tuesday 11 September 2018

Km 42

Agustus 2016 di kilometer ke-42,
momen haru ketika kami menggiring Yussa ke garis finish adalah salah satu momen yang berkesan bagi kami, bahkan hingga detik ini.
Saya berjanji akan turut serta dalam race ini di tahun berikutnya.

2017, kedua hal di atas tidak terjadi.


002


Sebelum berkisah foto di atas, mari kembali ke satu tahun lalu.
Tahun di mana kami bisa dibilang hampir mengalami titik jenuh.
Apalagi perlahan satu persatu mulai memiliki kesibukan masing-masing.
Ada yang datang, ada yang pergi, ada yang kembali.
Dan ada juga yang tetap bertahan, menanti dan membangun.
Ya, itulah fase kehidupan.

Belajar untuk saling memahami.
Kami saling merangkul, baik wajah lama dan wajah baru.
Saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Perlahan yang luka telah terobati, yang hilang kemudian berganti.


008

Empat bulan saya dan teman-teman fokus ke prioritas masing-masing.
Jenuh. Mungkin juga kami lelah menghadapi banyak kepala.
Empat bulan adalah waktu yang cukup untuk kami istirahat.
Empat bulan adalah waktu yang cukup untuk memberi ruang untuk rindu.

Setelah lama tidak berkumpul, di suatu Senin kami sepaham untuk melakukan penghormatan untuk almarhum.
Anggap saja sebagai motivasi agar tidak patah semangat menghadapi momok berupa jarak.
Dan di kilometer ke-42 ini.
Kerinduan kami akan momen di 2016, dan janji saya terbayar.


015


009

Enam bulan ini teman-teman sudah bersiap untuk marathon.
Hanya saya dan Kimmy yang selama 6 bulan menghabiskan waktunya dengan saling menertawakan keputusan kami untuk mengikuti marathon.
Iya, tertawa tanpa ada latihan. Bodoh? Banget!
Anggap saja kami sedang debus.



Wira-Cheer

Waktu menunjukkan pukul 2 pagi.
Setelah memasang plester otot bersama teman-teman, siap ataupun tidak, konsekuensi atas keputusan yang kami ambil sudah harus kami hadapi.

Yussa, Omang, Agus, Divta, Arik, Oka, Kimmy, Gek Sri, Forki, Jessica dan Bayu diwajibkan menempuh jarak 42 kilometer.
Saya, Dewa, Dek Adi, Sastra, Ewique, Nico, Gus Ary, Sudiv, Romi dan Upa akan menguji mental sejauh 21 kilometer.
dan Krisna, Widi, Dimas, Wira dan Yusak menjadi cheering kami di tahun ini.

001



003


Team 42 sudah berlari terlebih dahulu dan kemudian disusul dengan team 21 untuk berlari.
Saya tidak paham berlari, terakhir berlari kaki aman saja karena terpaksa berlari sejauh 6 kilometer.
Belum juga beberapa meter sudah harus buang air kecil di pinggir sawah.
Kemudian dilanjutkan dengan kejutan-kejutan lainnya seperti kaki gatal karena digigit serangga.

Ditemani Sastra,
Sepanjang 10km saya dan minyak angin tercinta menggosok kedua kaki berharap gatal ini hilang.
Yang akhirnya saya harus berlari sendiri karena ditinggal teman-teman.
Km 14, sudah tidak bisa lari lagi. Betis keram.
"kakak mau diantar naik motor?" — tanya tim medis.

Tanpa berpikir panjang saya jawab "tidak."
Jawaban spontan itu saya ucapkan tidak dalam keadaan gengsi, tapi dalam keadaan semangat.
Tanpa sadar sayapun disambut Wira di kilometer 20 dalam keadaan cidera.
100 meter sebelum garis finish Krisna menyambut sekaligus memberi semangat dan peringatan.
"semangat! jangan lemah. Di depan ada pak Yusak!"

Mendengar nama itu saya langsung jengah dan tidak boleh terlihat lemah.
Bukan lain adalah karena takut dihina beliau yang di sebelahnya ada megaphone yang siap meneriaki saya.
Sebuah motivasi yang sungguh menguatkan.

007


010


014

Team 42 perlahan tapi pasti sudah sampai garis finish kecuali Kimmy yang masih jauh.
Krisna dan Dewa setia memantau keadaan.
Saya sudah knock out dan tertidur di tengah jalan bersama teman-teman.

Lewat dari jam 12 siang, venue sudah dibongkar.
Kimmy akhirnya tiba dijemput Dimas, Romi, Krisna dan Oka.
Cut of time, tinggal 50 meter lagi menuju garis finish, Kimmy kaku tidak bisa bergerak.

013


011


Dalam keadaan belum finish, kami pun memaksa Kimmy untuk foto bersama.
Ya itulah kami. Random-nya tidak kenal waktu.
Iya, semua tiba di garis finish walau dalam keadaan cidera.
Kami pun kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat.

Hingga malam itu kami mendapatkan kejutan…

016



Menurut 3 orang indigo, konon foto di atas merekam sosok almarhum.
Almarhum menunggu kami sedari subuh di garis start/finish.
Tribute kami didengar. Kami merinding.
Ternyata kami saling merindu.

Di luar itu, secara keseluruhan seolah race tahun ini menjadi ajang kami untuk melepas rindu dan membayar janji.

Race untuk terakhir kalinya?
Hmmm… boleh saya langgar?
Tetap kompak, Semeton. Terima kasih karena telah mengembalikan momen berharga ini lagi.

Sampai jumpa di tahun depan?

Salam,

Ésha

Ésha Satrya.

Seluruh foto diambil oleh Dwi Priana Widi kecuali foto '016' diambil oleh Wahyu Saputra.
Untuk foto lebih banyak bisa dilihat di sini

No comments:

Post a Comment