Sunday 5 November 2017

Man About Town ii


Beberapa hari belakangan saya sukses dibuat lebih relijius, ngayah game is too strong.
Puncaknya bisa dibilang tadi pasca mama berkabar kalau hari ini adalah hari lahir Bali saya.
Iya maaf, saya tidak pernah tau perihal ini kalau tidak diingatkan mama.

So, how was life? bagian depresifnya sedikit politikal, dan kembali berlari.

Bagian senangnya dapat teman baru, dapat ponakan dan dapat belajar banyak dari semua peristiwa belakangan — termasuk belajar lebih legowo.
Oh, iya. Baru selesai menyaksikan Stranger Things 2 juga — it's dope!
So, never better, I guess.


Man About Town
Diambil oleh sahabat saya, I Made Suryawan Wardana di suatu siang pasca bercengkrama dengan Krisna dan Turah.




Lama tidak menulis, maklum banyak kegiatan di dunia nyata.

Pasca meeting kedua dengan Wira dan Edo, sekitar jam 21.00 tangisan bayi terdengar di ruang bersalin.
Lelah terhapus seketika pasca melihat sosok kecil yang malam itu resmi bergabung dengan kami. Selamat datang di dunia, ponakannya oom.
Svaha segera menyusul kalau kakek-nenek kamu mau denger kata oom. :))
Love life? I've got a punch in the face twice in the same month.
Whose fault? mine. Yes, thank you. Fuck you too.


Man 'Bout Town ii


Dulu, tinggi badan cuma 150 cm, culun, suka dipalakin preman.
Saya bukan orang yang pandai bergaul — mungkin sampai sekarang.
Untuk bicara di depan kelas sering tak keluar suara ini — bahkan hingga di bangku kuliah.

Sampai sekarang, saya masih harus berjuang kalau bertemu orang-orang baru.

Berjuang untuk memahami mereka yang ingin diterima seperti halnya semua orang.
Sungguh tidak mudah untuk berkenalan dan memahami karakter orang baru.
Ya, setidaknya ada kemajuan pesat — tidak seculun dulu dalam bergaul.

Kembali ke era kini.
Walau kembali menjadi anak yang kelam, saya tetap anak polos yang sangat menghargai kebaikan orang-orang sekitar saya.
Sekarang saya adalah anak yang diberkati orang baik di setiap langkahnya.

Sibuk stress sendiri, kemudian diingatkan untuk kembali hidup dengan berinteraksi agar tau rasanya mencintai dan dicintai lingkungan sekitar.

Bagaimana saya yang dulu tidak pandai dalam bergaul, kini menjadi orang yang selalu dinanti di setiap lingkar pertemanan.

Setelah sekian lama tidak bersua dengan rekan-rekan Nosstress, akhirnya kami kembali lagi bertukar pikiran dan berkarya bersama.

Sudah 7 tahun, dan kepercayaan yang mahal ini akan saya jaga sampai nanti.
Sampai detik ini, saya tidak percaya semua ini berawal dari jepretan kamera saya di tahun 2010 di suatu malam di Sanur.

Begitu juga dengan Masbrooo yang lama tidak saya sentuh karena kesibukan sendiri.

Bagaimana di siang itu bersama Dektri di bawah pengaruh alkohol kami memaksakan diri untuk berani membesarkan mimpi lebih tinggi dari limit yang kami tentukan 4 tahun lalu.
Dan lagi-lagi semua ini berawal dari keisengan saya di Jakarta 7 tahun yang lalu bersama Hendika.

Atau bagaimana saya membalas budi saya karena telah menjaga kewarasan saya ke kumpulan manusia-manusia yang (pernah) luka dalam SWB lewat gerakan revolt yang kasar dan berakhir dengan gerakan yang lebih beretika.

Terbukti sambutan mesra Krisna ke saya di garis finish Rock N Run — persis seperti tahun lalu di mana saya mengikuti race pertama saya.
Terima kasih untuk effort yang diberikan ke komunitas, Agus, Dito, Yusak, Kecek dan teman-teman

Banyak lagi pertemuan dengan orang-orang hebat seperti Abe, Turah, Jayak, Ariesha,

Wiradana, Dewa dan teman-teman lainnya yang memberi saya banyak ilmu untuk semakin merunduk.
Tentu harta ini akan saya jaga sampai nanti.

Dan pada akhirnya, keluh saya dihentikan oleh sosok Windu.
Orang asing yang saya temui di sebuah kedai di 2013 yang kini menjadi sahabat saya.
"Gimana, Sha?" seperti biasa dia bertanya sambil tertawa kecil melihat wajah stress saya.
"Mau nangis liat tumpukan kerjaan" — timpal saya.
"Belum saatnya nangis" — jawabnya yang langsung membuat saya tersenyum.

Yes, (mungkin) saya sekuat itu. Belum babak-belur kok.

Kata Uti dan Bu Alit, saya adalah orang yang terberkati.
Terberkati karena banyak temannya.

Seperti di sebuah malam bersama Yussa dan Dito, ditemani 3 botol 소주,
kami bercengkrama tentang masa akan datang di bawah pengaruh alkohol yang membuat malam itu berkesan.
Dan semua ini saya tulis pasca menemukan buku catatan semasa kuliah.
Sebuah buku yang berisi coretan dari Bella, Cokgus, dan harapan-harapan masa depan yang membuat saya kembali waras.


Man About Town ii

So, what the fuck is "man about town", dude?

man about town: a fellow who can often be seen around the city...
Particularly in the right places or with the right people.
Dapper, sociable, and fashionable.


man-about-town-ii

Semoga saya bisa selalu menjadi sosok yang teduh untuk semua.

Tolong diingatkan kalau sudah mulai meliar.

Dan tulisan ini ditutup dengan playlist ini.



Kind regards,

Ésha Satrya


No comments:

Post a Comment