Sunday 12 January 2014

Ongé

2005, pekak memberi kabar kalau Coki melahirkan banyak anak anjing.
Karena di rumah sudah ada Jojo, dan Quill, kami memohon ke mama untuk mengadopsi salah satu dari anak Coki.
Izin sudah kami kantongi, esoknya kami siap menjemput salah satu dari mereka.

Sampai ditujuan ternyata kami banyak menemukan anak anjing lucu.
Secara acak kami mengambil anjing itu.
Ketika diambil satu-persatu anjing itu berontak dengan berteriak.
Namun, salah satu dari mereka sangat tenang dan pendiam.
Perkenalkan; Ongé.



Ongé adalah anjing peranakan, ibunya anjing campuran, ayahnya jenis shar-pei.
Hobinya tidur, dan ngemil. Sesekali ingin bermain dengan Jojo dan Epoll, sayang Ongé selalu tidak dihiraukan mereka.
Pernah ketika masih kecil Ongé, Quill, dan Stamp berbarengan terserang virus distemper. Quill, dan Stamp tidak bertahan lama.
Ongé? selama berminggu-minggu kami dibuat khawatir.
Dan akhirnya, anak anjing gendut itu sehat sentausa.
Melanjutkan hari-harinya dengan tidur, makan, dan menjadi foto model dibawah arahan saya.

Teman-teman banyak yang suka dengan Ongé, mungkin karena tidak segalak Poll, dan Popo, dan tidak seaktif Jojo.
Bahkan mereka yang belum pernah bertemu Ongé langsung jatuh hati dengan tampangnya yang adem. 2010, dan 2011 Ongé ditinggal Jojo, dan Poll.
Trio itu kini hanya meninggalkan Ongé.
Ongé kini menua, perlahan matanya sudah tidak berfungsi, mulai pikun, dan menjadi pemarah (ke Popo yang memang bandel).

Berat badan mulai menurun, luka mulai tumbuh dimana-mana dengan sendirinya.
Seminggu belakangan Ongé terlihat tidak fit, selalu tidur di belakang kulkas untuk mencari kehangatan.
Cuma Popo yang setia 'merawat' Ongé dengan menjilat bolong yang timbul entah karena apa.
Lusa lalu Ongé tidak tidur di tempat biasa, dia tidur di bawah meja belajar usang di gudang.
Ia tampak lemah, kesehatannya sudah pasti makin drop.

Pagi tadi saya masih terlelap. Hujan masih mengguyur Denpasar dengan semangat.
Katanya Ongé terus menangis. Bapak, mama, dan Ade cuma bisa pasrah liat Ongé menangis.
Saya masih terlelap, Ade dan mama sudah di kantor. Tinggal bapak dan Popo yang menemani Ongé.
"Sudah, kamu istirahat aja sana. Kasihan kamu" — begitu kata bapak. Beberapa detik kemudian, Ongé meninggalkan kami.

Popo datang dan menjilat wajah saya. Saya tersadar.
Setengah sadar saya melewati Ongé, bapak bilang "Ongé mati".
Saya setengah percaya. Iya, Ongé sudah tidak bernafas.
Lega, senang, sedih adalah yang mendeskripsikan perasaan saya ditinggal si Ongé yang terakhir dari trio ini.
Maaf, belum sempat mengucapkan salam perpisahan, Ngé.




Selamat jalan, sahabat.
:)

2 comments:

  1. Deepest condolence, Esha.
    dulu jaman masih sering jadi dogsitter pernah "ditinggal" salah satu "anak asuh". Samoyed unyu, namanya Shiro (aka Lontong aka Guguk Krisis Identitas aka Jablay aka Ganjen aka Mas Pras) yg dari umur 2 bulan udah gw yg handle. udah lama nggak ketemu karena sibuk kerjaan. dan suatu hari mendadak dari pagi gw udah ngedrop. berasa nggak enak, dan langsung kepikiran Shiro, tapi gw masih denial. gw tau something's wrong tapi ga mau tau kenyataannya.

    sore2 ditelepon mommy-nya yg suaranya udah serak2 sengau gara2 kebanyakan nangis. 2 jam lalu Shiro pergi. sakit udah dari pagi. yg menyakitkan, matinya di daycare, gagal ginjal. padahal Shiro luarbiasa sehat. dan gagal ginjal dadakan itu cuma bisa terjadi karena keracunan.

    it took me 2 months full of crying every night before i could move on. jadi, gw tau rasanya kehilangan kesayangan meskipun nggak pernah punya.

    Onge nanti main2 sama Shiro ya!

    (=

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pitooo! Baru liat post nih. Makasi banyak, Pito.

      Oh iya, dulu aku punya anjing yang karakternya miriiiip dengan Ongé, namanya Shiro. Masih satu induk.
      Nama 'Ongé' sendiri diambil dari kependengan Shiro (Kita panggil Shirochan — karena mama gemes jadi dipanggil Shirongé') Hahahaha.

      =)

      Delete