Thursday, 29 January 2015

Pulang

Kapan terakhir anda mendengar cerita tentang keluarga saya?
Tentunya bukan tentang kekonyolan kisah postingan Facebook Bapak yang selalu dibully Ogik.
Unfortunately, yes. I rarely wrote things about them.
Selain faktor kesibukan masing-masing, saya juga sering lupa untuk menulis catatan ini.
 Hingga waktu mengizinkan saya untuk menulis dengan waktu yang tepat: ngabén nini.

Rieka, Kwan-Kwan, and Komang
Rieka, Kwan-Kwan, and Komang

Thursday, 22 January 2015

Connecting the Dots

November 2014, dengan secara mendadak Dektri dan Hendika ngajakin bikin acara yang terinspirasi dari Float to Nature.
Latar belakangnya? kami muak dengan event-event yang tidak memberi konten berisi yang memeras biaya audience yang tidak sedikit.
Dalam waktu sebulan, dengan engagement yang tidak mudah, Melancaran Sareng Masbrooo edisi perdana siap dilaksanakan.



On waiting

Saturday, 3 January 2015

14/15

31 Desember 2014 terasa seperti hari-hari biasanya. 
Tidak ada niat untuk bergabung dengan pesta siapa, …tidak ingin melakukan apa-apa.
Dan malam itu saya habiskan waktu untuk menyaksikan Maleficent yang ternyata bagus.

Film telah usai saya tonton, sebentar saja saya membaringkan diri sambil mengatur nafas.
…dan ketika membuka mata: "selamat tahun baru!" ujar sang matahari pagi di tahun 2015.

…pelor.

Tuesday, 30 December 2014

2014

"Obsessions make my life worse but my work better" — Sagmeister

Indeed, 2014 adalah tahun yang menarik. Semua terasa berjalan begitu cepat.
Produktif, dan menyenangkan. Menyenangkan karena saya menemukan hal-hal baru.
Baik yang menyenangkan, atau yang menyakitkan. 
Dalam hal berkarya everything's to the next level.
Dalam hal sosial, well… saya rindu menyia-nyiakan waktu bersama teman-teman.

Sunday, 28 December 2014

Lucky Ibrahim


Jauh hari Lucky menghubungi saya via akun LINE®-nya. 
"Mas Esha, Desember saya ke Bali ya?". "Siap, Lucky" sahut saya.

Desember tiba, tepat di malam Galungan saya terlelap setelah menghadapi deadline, Lucky tiba di depan rumah. Dan kenapa saya mewawancarai Lucky? Karena Lucky adalah teman saya yang saya jumpai setahun yang lalu di Reka Baru Desain Indonesia. Di usia 22 tahun, karyanya diakui negara bersama 20 peserta lainnya, termasuk saya.

Setelah saya antar dan get lost dengan sendirinya di Bali, (tentunya dengan brainwash dari saya tentang Bali kini, dan potensi SDM-nya) berikut adalah selayang pandang kami tentang potensi lokal Bali dari sudut pandang anak ibukota — secara sangat mendadak.

Ingat: ini hanya selayang pandang, bukan untuk dibanding-bandingkan.

Siap? Yak!

Lucky