Friday 24 June 2016

Menjadi Dewasa

Belakangan rutinitas kerusuhan di grup messenger ABEHOLIC mulai sepi.
Maklum, waktu menunjukkan usia kami yang tidak seramai dulu.
Sudah ada tanggung jawab yang harus kami tunaikan.

ABEHOLIC

Masih ingat waktu itu saya dimusuhin Nina karena sering bolos pada semester awal.
Dimusuhin karena bergaul dengan orang-orang yang gagal menempuh semester 3.
Orang-orang yang saya ajak tumbuh sepuluh tahun ini.

Adalah Jayak, Pak De, Abe, dan Goky (ditambah saya yang outsider).
Awal semester tidak dapat dipungkiri kejiwaan kami sama seperti anak muda kuliahan yang sekarang kita pandang sebelah mata: ingin pengakuan — dengan cara yang menggebu. Hahaha.
Jayak dan Pak De yang merantau dari Singaraja menjadi tervokal di angkatan kami.
Maklum, ketua kelompok ospek waktu itu.
Abe? Anak punk yang saya temui di bawah pohon, dengan random ia mengakui bahwa ia menangis ketika menyaksikan akting Denzel Washington dalam Man on Fire.
Dan Goky, yang ajaib menjadi bahan bully Pak De, Jayak, dan Abe.
Saya? Yang paling kekanak-kanakan — mungkin sampai sekarang.

Banyak hal yang kami lalui ketika masih muda — yang memalukan dan tidak patut dibanggakan.
Masih ingat waktu itu saya, Jayak, dan Abe dengan merasa keren hanya menggunakan boxer dan berbelanja di CK Pantai Kuta.
Sampai detik ini saya masih tidak paham akan hal yang kami lakukan.
Atau perihal buat tugas yang tentu saja tidak menghasilkan karya yang patut diapresiasi.
Atau Abe yang memotret Jayak ketika sedang buang air.
Atau Jayak yang sengaja kentut dengan volume maksimal yang tanpa sadar telah kentut di perpustakaan yang banyak orang. Dan banyak lagi hal bodoh lainnya yang telah kami lewati.
Menyesal telah melakukan semua itu? Tidak.

2011, kami akhirnya lulus kuliah.
Untuk pertama kalinya saya bertemu Tita, putri dari Pak De.
Perlahan saya mulai sadar, banyak hal yang telah berubah.
Bagaimana tidak? 10 tahun telah berlalu.
Hal-hal bodoh, drama, dan emosi-emosi itu yang membuat kami menjadi makin bijak.
Bijak dalam bertingkah, bijak dalam membawa diri, bijak dalam tumbuh.
Well, walau masih saja becanda tentang penis dan perihal kotor lainnya.
Walau usia bertambah, walau sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing…
Masih ada semangat kami yang dulu.
Semangat untuk saling menghina satu sama lain.

Hahahaha. Maaf, sedang mellow.
Sehat dan sukses ke depan, mentemen.

Yuk, kapan ngumpul lagi?

The Laugh
Foto ini diambil di The Alleyway Café, saat Jayak membagi undangan pernikahannya sekaligus pertemuan pertama kami dengan Arion, Putera pertama Goky.

best regards,
Ésha Satrya

1 comment: