Sunday 25 March 2012

Pangerupukan

22 Maret 2012, sore itu saya memutuskan untuk berjalan kaki dari rumah menuju daerah Pasar Badung.
Dan tentu pilihan ini memberi pengalaman yang menarik. Tahun ini untuk ketiga kalinya saya diberi kesempatan untuk mengikuti 'ritual' Pangerupukan ini.
Ratusan banjar sudah siap untuk pawai ogoh-ogoh -- yang akan memporak-porandakan Denpasar.

Apa itu ritual Pangerupukan?
Ritual Pangerupukan dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru çaka. Dimana pada keesokan hari-nya, seluruh warga tidak melakukan aktifitas seperti biasanya dan melakukan meditasi selama 36 jam penuh. Dan fungsi pangerupukan disini adalah untuk menenangkan Bhuta Kala agar tidak mengganggu ritual nyepi yang berlangsung keesokan harinya.
Hingga pada tahun 80an ritual Pangerupukan mulai diberi rasa baru yaitu pawai ogoh-ogoh. Ritual ini begitu dinanti oleh sebagian besar warga Bali maupun wisatawan asing sehingga terus berkembang hingga saat ini. Dari unsur bahan tradisional (bambu dan kertas koran) yang berkembang menjadi gabus hingga musik pengiring yang dari gamelan menjadi CD/Mp3 player musik koplo lengkap dengan speaker pemecah gendang telinga-nya.

:)







 
Malam itu saya merangkai jejak menuju tempat yang saya sebut 'medan senggol bacok'.
Dimana mayoritas peserta terlihat sangat bersemangat. Saya ulangi: sangat bersemangat -- karena si naga-- UHUK!.
Bagian yang saya sukai dari ritual ini adalah ekspresi kebersamaan yang melimpah mewarnai kota ini. Semua turun kejalan untuk berpartisipasi. Pria-wanita, tua-muda semua tampak bersemangat. Begitu pula kebersamaan dan kekompakan antar banjar (Halo Agus, Bangga dan Man Angga).

Adapun beberapa perubahan yang dominan yang mencuri perhatian saya. Dimana rupa dari ogoh-ogoh tidak lagi berdasarkan cerita pewayangan ataupun legenda Bali. Seiring perkembangan bentuk-bentuknya pun mengadaptasi isu-isu yang sedang hangat dimasyarakat. Begitupun musik pengiring. Jika dahulu diiringi gamelan, dewasa ini diiringi speaker pemecah telinga dengan genre musik yang hmmmm -- LOL! . Alasan? saya yakin sebagai pemberi semangat dimana musik memberi sugesti yang baik, walaupun genre ini sungguh bhahahak!

Dibalik kontra dan perihal lainnya dibalik ritual ini, tentu ritual ini sangat dinanti dan perlu dibudayakan -- dengan diberi sedikit catatan.

Rahajeng.

:)

Semua foto diambil oleh Dirga Putra

2 comments:

  1. waow, fotonya selalu keren, memiliki sudut tersendiri di hati, ngkik sesuatu banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, tapi bukan saya yang foto..
      *Ini pasti ndak baca post (--")*

      Delete