Thursday 1 September 2016

Pemenang

Saya benci berlari.
Membayangkannya saja saya sudah lelah. Maklum, saya tidak pandai dalam mengatur nafas.
Belakangan trend lari di Denpasar mulai mewabah.
Termasuk ke komunitas yang saya mulai ikuti 2 tahun yang lalu.
"C'mon lah, bli. It won't hurt you!" — kata Arik membujuk untuk ikut lari.

Cara pandang saya berubah pada suatu subuh di tahun ke-5 Bali Marathon.
Dan di sini semua dimulai…

Forki as one of the BMM's Pacer
Forki (paling kanan) menjadi pacer untuk lari dengan rute 21K. Foto oleh Pelari Galau.

Malam setelah selesai melakukan carbo loading di markas kami: Pasar Pemedilan,
saya, Oka, Dito, dan Krisna bersiap menuju kota Gianyar untuk menginap di rumah Krisna mengingat pukul 3 pagi kami sudah harus ada di venue. Semua tertidur, dan pukul 2.30 pagi alarm yang menyebalkan itu mulai melolong.
Waktunya menuju venue yang sangat dekat dengan rumah Krisna — ended up kami berakhir di Denpasar. Yak. Mantab, geez.

Semua tim berkumpul;
Yusa, Wira, Omang, dan Kecek dalam team 42K. Upa, Dewi, dan Nina dalam team 10K
Oka, Dito, Krisna, Dewa, Divta, Gung Pram, Danny, Indra, Yusak, Arik, Gek Sri, dan Gus Ary dalam team 21K.
Forki, Dedek, dan Dismas mewakili SWB sebagai Pacers.
Dan saya? Bersiap menyaksikan teman-teman menyiksa diri bersama Ayu.

Pukul 4 pagi, team 42K mulai meninggalkan venue.
Euphoria makin terasa, saya yang tidak ikut saja merasa gugup dan senang dalam waktu bersamaan.
30 menit kemudian dilanjutkan dengan team 21K meluncur, dan disusul team 10K 45 menit kemudian.

Matahari sudah mulai menerangi Gianyar.
Sudah berpuluh menit kami menunggu sambil penasaran, akhirnya Dewi menjadi finisher pertama dari team SWB.
Diikuti dengan Danny, Upa, Nina, dan team 21.
…dan Krisna cidera di kilometer ke 19.

Kini tinggal team 42 yang lumayan membuat kami harap-harap cemas.
Wira, diikuti oleh Omang sukses tiba di garis finish dengan ekspresi yang kaku.
Tinggal Kecek dan Yusa… yang BIB mereka mendadak mundur jauh di kilometer 30.

Matahari mulai meninggi, sudah mulai jam 12. Waktunya hampir ditutup.
Saya, Arik, Oka, dan Nina kemudian menjemput teman-teman yang belum juga sampai di garis finish.
Setelah harap-harap cemas, Kecek yang wajahnya pucat dan Dismas muncul dan mulai membuat teman-teman senang. Tinggal Yusa yang belum juga terlihat.

Waktu habis, Yusa akhirnya muncul dengan kaki pincang.
"Sedikit lagi!" — teman-teman mulai menyemangati.
Ketika belok menuju kilometer terakhir, di sini momentum paling menyentuh terjadi.
Yusa disambut oleh segerombolan orang yang menggunakan jersey SWB.
Yak, kami bersama beberapa team IndoRunners Bali mengiringi Yusa menuju garis finish.


Omang and Rico near the finish line. While me, Arik, Danny, and Wayan greet him.


The Fight

Di sini saya belajar tentang bagaimana sebuah kesatuan.
Kesatuan yang membuat kami makin erat.
Tentang menjadi pemenang di hati semua.
Tentang bagaimana menaklukan diri sendiri.
Sebuah momen berharga di kilometer terakhir.


The Team

Tahun depan ikut yang 21k.

best regards,

Ésha Satrya

6 comments: